Kajian stilistika terhadap puisi Indonesia ini merupakan analisis pemakaian bahasa di dalam puisi Indonesia modern periode 1990-an. Pemakaian bahasa tersebut dianalisis dari aspek bunyi bahasa, morfologis dan sintaktis, pemilihan kata (diksi), penggunaan kata-kata konkret, pengimajian kata (imagery), dan bahasa figuratif. Selain itu, dianalis juga pengungkapan struktur batin puisi [yang meliputi tema (sense), perasaan (feeling), nada (tone), dan amanat (intention)] yang tercermin dalam pemakaian bahasa puisi Indonesia tahun 1990-an......

Hasil kajian stilistika terhadap puisi Indonesia tahun 1990-an ini disimpulkan sebagai berikut. (1) Puisi Indonesia tahun 1990-an tidak lagi memperlihatkan pola rima akhir yang terpola. Dalam beberapa kata tertentu, terdapat bunyi bahasa yang mencerminkan kenyataan tertentu (ikonisitas). (2) Dari aspek morfologis, puisi Indonesia tahun 1990-an memperlihatkan pembentukan kata yang cenderung mengikuti pembentukan kata sesuai kaidah yang ada. Dari aspek sintaktis, puisi dalam periode ini memperlihatkan kekhasannya dalam segi-segi sintaktis yang lebih banyak menggunakan verba transitif daripada menggunakan verba intransitif. Beberapa pelesapan unsur sintaktis terjadi dalam wujud tidak munculnya beberapa indikasi formal berupa subordinator atau koordinator (pelesapan konjungtor), pelesapan S sebagai anafora yang berelasi noninsan (yang telah disebutkan pada klausa sebelumnya), dan pemakaian tanda baca dengan segala variasi penggunaan dan maknanya. (3) Hal yang menarik dalam puisi periode ini ialah a) penggunaan bahasa daerah oleh penyair tertentu yang bukan berasal dari daerah bahasa itu, b) terdapat banyak penyebutan pronomina persona dalam puisi yang merujuk pada benda-benda yang dipersonifikasikan, dan 3) pengimajian lihatan, dengaran, dan gerak yang tampil secara bersama-sama. (4) Hal yang menjadi keistimewaan personifikasi dalam puisi periode ini—dibandingkan dengan pemakaian metafora, simile, dan metonimi—adalah adanya kata sifat atau kata yang menggambarkan suasana tertentu yang dijadikan kata benda untuk kemudian dipersonifikasikan, misalnya kata sepi, kegelapan, riuh, sejarah, lengang, detik, jam, kediktatoran orang kaya, dan sebagainya. (5) Puisi indonesia tahun 1990-an masih menampilkan tema-tema besar seperti tema religi, tentang kegelisahan, cinta, dan terutama tema kemanusian dan kritik sosial. Sikap yang dominan muncul tersebut adalah sikap pesimistis dan kemuraman dalam memandang suatu masalah itu. Nada puisi Indonesia tahun 1990-an menampilkan a) nada ironis; b) nada sinisme dan cemooh yang diungkapkan melalui kiasan atau simbol-simbol; c) nada naratif yang dapat diserap melalui pengalaman penyair, d) nada perenungan yang khusuk (nada perenungan ini biasanya mengandung simbol-simbol filosofi dan religi). Amanat yang terkandung dalam puisi Indonesia tahun 1990-an tersirat dalam tema puisinya.
(sumber:http://pusatbahasa.depdiknas.go.id)


Category: | 0 Comments